Strategi Visual Iklan, “cantik tapi nggak ngena”

Kadang iklan yang paling berkesan bukan yang paling heboh, tapi yang paling jujur. Yang nggak sibuk jualan, tapi sibuk nyambungin cerita. Karena orang nggak selalu ingat apa yang kamu tawarkan, tapi mereka bisa banget ingat gimana kamu bikin mereka ngerasa. Di tengah banjir konten, yang bertahan adalah pesan yang terasa dekat bukan yang paling keras, tapi yang paling tulus. Namun, agar pesan benar-benar menggerakkan, kita perlu memahami fondasi yang membuat iklan relevan dan berkesan.

Emosi: Pemicu aksi

Emosi adalah dorongan paling kuat dalam pengambilan keputusan. Ketika iklan berhasil menyentuh perasaan audiens, kayak rasa takut, harapan, nostalgia, atau kebanggaan. Mereka lebih cenderung untuk bertindak. Emotional marketing bukan sekadar teknik, tapi pendekatan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir lewat rasa. Strategi ini mampu:

  • Memengaruhi keputusan pembelian secara intuitif
  • Membangun loyalitas jangka panjang
  • Membuat brand lebih mudah diingat
Relevansi: Resonansi yang mengikat

Iklan dengan menggunakan unsur emosi tidaklah cukup. Namun, ada unsur lain yang menjadi komponen utama yang mendukung keberhasilan iklan yang top of mind, yaitu relevansi. Relevansi dapat membangun resonansi. Relevansi yang membuat audiens merasa diwakili, yang memberikan rasa “ini relate banget sama gue”. Relevansi dapat berupa visual yang relatable, tone yang sesuai, serta copy yang terasa seperti diajak ngobrol bukan menggurui. Cakupan relevansi bukan cuma terkait demografi audiens, melainkan:

  • Situasi hidup audiens
  • Bahasa yang mereka pakai sehari-hari
  • Masalah yang mereka pikirkan diam-diam

“Ketika iklan bisa mirror pengalaman audiens, mereka bukan cuma tertarik, mereka merasa terhubung”

Baca juga: Cara Menjadi SEO Specialist Meski Tanpa Pengalaman

Storytelling: format yang paling ampuh

Salah satu cara paling ampuh untuk menyatukan emosi dan relevansi adalah lewat Storytelling. Format yang tepat sebagai media storytelling itu yaitu video. Video memungkinkan tidak hanya bercerita melalui suara melainkan bercerita melalui visual agar cerita lebih hidup, sehingga audiens bukan hanya memahami, tetapi ikut merasakan. Video bisa memicu physical responses, melalui senyuman, merinding, bahkan air mata.

Storytelling yang efektif memiliki elemen penting, sebagai berikut:

  • Arahan visual: framing, ekspresi, warna
  • Produksi: ritme, musik, editing
  • Copywriting: narasi yang punya konflik dan resolusi
  • Channel: platform yang sesuai dengan kebiasaan audiens
Emosi + Logika = Aksi yang bermakna

Memang emosi memicu dorongan aksi. Namun, agar cerita benar-benar mendorong tindakan, emosi perlu berpadu dengan logika. Logika menguatkan keputusan. Ditambah dengan relevansi, semua itu saling berkaitan. Elemen emosi dan logika meliputi:

  • Emosi, melalui tone, visual, dan cerita
  • Logika, melalui fitur, data, dan value proposition

Contoh copy:

  • Emosi – “capek nabung tapi nggak tahu arahnya?”
  • Logika – “Mulai dari Rp10,000 dengan bunga 5% per tahun.”
Cerita yang menyentuh, solusi yang tepat

Iklan yang paling kuat bukan yang paling ramai, namun yang paling nyambung. Bukan sekadar menarik perhatian, tetapi mampu membangun koneksi yang terasa personal. Cerita yang menyentuh membuka ruang empati, sementara solusi yang tepat memberi alasan untuk percaya. Karena pada akhirnya, ketika keduanya berpadu, iklan tidak lagi sekadar komunikasi melainkan bisa menjadi pengalaman yang menggerakan.

Kalau iklan bisa jadi pengalaman, maka, desain bukan lagi soal estetika tapi soal empati. Pelajari cara membangun iklan yang menyentuh dan dipercaya di Bootcamp Boleh Belajar.

Comments

Leave a Reply